Senin, 06 Maret 2017

3 Wirausaha Muda Sukses di Indonesia



1. Farah Farce



Siapa Farah Farce, hanya seorang gadis berumur 16 tahun ketika memulai bisnisnya dari nol besar. Remaja kelahiran 22 April 1995 ini memiliki nama asli Farah Kemala Qurratu'ani, berbisnis sejak duduk di bangku kelas 9 Sekolah Menengah Pertama. Hebatnya nih, ia melakukan semua bisnisnya sendiri yaitu bisnis impor produk- produk fashion dari berbagai negara di kawasan Asia. Dan hebatnya lagi, ia mengerjakannya tanpa modal apapun.

Kisahnya berawal dari kesukaanya sepatu sneakers. Dia bahkan berburu produk tersebut diberbagai negara. Dia menginginkan produk- produk terbaik, dan tentunya yang tidak bisa ditemukan di Indonesia. Ketika itu, dia menginginkan sneaker pertamanya dari seorang teman menawari.  Dia menggunakan sistem pre- order melalui seorang teman yang baru dikenalnya di sebuah bimbingan belajar. Farah harus menunggu cukup lama, rasa kesal dan geram membuatnya menanyakan hal ini langsung. Bukannya sebuah solusi, dia hanya disuruh untuk menghubungi si penjualnya sendiri, dan dia itu ternyata juga tinggal di Jakarta.

"Aku kaget, aku pikir orangnya perantara langsung dari sana. Tapi ternyata dia juga perantara disini," jelas Farah. Ia hanya mengembangkan senyumnya ketika pesanannya tiba ditangannya. Dia senang karena sepatu tersebut tidak ada di Indonesia. Meski begitu terbersit keganjilan dan berpikir tentang bisnis yang dilakukan temannya tersebut.

Pengalaman itulah membawanya memutuskan untuk menghubungi sang importir itu sendiri. Dia menawarkan dirinya untuk menjadi perantara, menjualnya langsung ke pembeli seperti yang dilakukan temannya. "Kenapa gak gue jualin juga disini," pikirnya kala itu. Dia yakin meski kala itu statusnya sebagai pelajar SMP dan belum berpenghasilan. Bekalnya hanyalah satu yaitu pengalaman ketika SD, menjual produk secara online, membuatnya cukup PD menego si importir tersebut. Farah lantas pernah memajang foto- foto barang importir tersebut. Ia kemudian menuliskan kata- kata khas anak muda. Dia kemudain menjual produknya itu melalui Facebook. Ia pun berhasil menjual sepatu- sepatu tersebut hingga kurang lebih 15 pasang hari itu juga.

Bisnis Dropship

Farah menawarkan sistem dropship kepada sang importir tersebut. Dropship sendiri ialah sebuah sistem alternatif perdagangan dimana para pemilik barang hanya menerima pesanan, lantas mengirim produknya lewat paket, tentu setelah pembayaran oleh sang parantara dari pembayaran pembeli. Istilahnya mungkin mirip broker tanah. Perantara akan mendapatkan pesanan dan menerima uang untuk disetorkan. Tak lupa perantara harus menambahkan untung sedikit.

Ini merupakan sistem yang lazim dijalankan oleh pebisnis online masa kini. Dropship memberikan kemudahan bagi penjual online yang memiliki modal atau pun tidak. Mereka hanya akan menawarkan produk tersebut besar- besaran. Saat pesanan datang, mereka akan meminta pembeli untuk membayar dimuka dulu. Ketika pesananan masuk dan uang telah diterima, para penjual online meminta si pemilik barang mengirimkan ke alamat pembeli.

Pengemasan dan pengiriman hanya dilakukan oleh pemilik barang saja. Berbeda sedikit dari biasanya, Farah memilih mengontrol kualitas barang sebelum dikirim ke alamat pembeli sendiri.

"Gimanapun semua barang harus transit dulu di rumah aku dulu. Setelah aku cek barang ini bagus, baru aku kirim ke alamat pembeli. Kalau barangnya jelek, aku kembalikan kesana. Jadi prosesnya ke supplier di luar negeri, ke rumah aku, baru ke alamat pembeli. Aku engga mau jualan barang jelek sampe mengecewakan pelanggan,"tegasnya. Meski terdengar beresiko baginya karena bisa "tombok". Buktinya ini dijalankan oleh Farah baik- baik saja. Bermodal selain uang, ia sendiri memiliki kemampuan untuk mengamati kualitas produk. Serta paham akan kebutuhan pasarnya.
Belajar bisnis

Tentunya bisnis miliknya punya resiko tinggi yaitu menyangkut kepercayaan. Ditambah, ia harus membayari pengiriman sendiri ke pembeli. Dia harus memastikan dulu agar produknya bagus atau dikirim kembali ke supplier. Farah juga harus memiliki kemampuan negosiasi tingkat tinggi. Ia tidak hanya pandai berbisnis tetapi juga pandai bergaul. Tak hanya di dunia nyata, ia pandai bergaul di dunia maya. Ia ingin tau bagaimana orang sukses berusaha. Farah aktif menggunakan akun Twitter nya (@farcee), iseng mencari tau timeline Twitter milik miliarder muda, Bong Chandra. Dari timeline Twitter Bong Chandra, ia pun berkenalan dengan pengusaha muda seperti Putu Putrayasa, Nyoman Sukadana, Joe Hartanto, dan Citra Hafiz melalui Twitter. Setelah mencoba berkenalan dengan mereka, ia diperkenalkan kepada Jaya Setiabudi, Director of Young Entrepreneur Academy melalui Citra Hafiz. Perkenalan singkatnya dengan Jaya Setiabudi memberikan pengalaman tersendiri. Dia mampu membuatnya terpukau akan semangat berbisnisnya sejak kecil. Jaya Setiabudi, sang pengarang buku best seller "The Power of Kepepet", akhirnya mau menjadi mentornya. Farah pun semakin percaya diri dengan bisnisnya, dan bercita- cita berkuliah ke Eropa tanpa bantuan orang tua. Kini, dia mengeluarkan merek sepatunya sendiri yaitu "Farce". Dia juga berjualan secara online di Farceee Online Shop yaitu toko online yang menjual barang- barang original dari luar negeri dan produknya sendiri. Ia telah memiliki pengalaman berdagang dengan pemasok asal China, Inggris, Singapura, Vietnam, dan yang terakhir Thailand. Berkat kerja kerasnya pula, ia mendapatkan banyak tawaran seminar menjadi pembicara serta tampil di berbagai majalah. Terkakhir, dia pernah diberi kesempatan menjadi event organizer pesta sweet seventen.


2. Yasa Paramita Singgih
 

 

Namanya Yasa Paramita Singgih lahir di Bekasi 23 April 1995. Dia adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, Prajna, Viriya dan Yasa sendiri. Ayahnya bernama Marga Singgih dan ibunya bernama Wanty Sumarta. Ia lebih dikenal dengan sebutan Yasa Singgih, dan sering muncul diberbagai media cetak dan digital. Dia dikenal sebagai salah satu pengusaha muda dibawah 20 tahun. Ia lahir di keluarga sederhana membuatnya selalu menghargai kerja keras.

Yasa sukses menyelesaikan pendidikannya SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu melanjutkan di sekolah menengah dan akhir di SMA Regina Pacis Jakarta. Dia hanyalah anak biasa yang masih suka bermain dan meminta uang jajan. Belum kuliah usahanya sudah kemana- mana. Semuanya dimulai dari angka nol besar alias tanpa modal uang. Yang berbeda padanya hanyalah kasih sayang keluarga. Dia tumbuh menjadi anak yang menginginkan kebahagiaan orang tuanya dan itu semangatnya.

Usaha mandiri

Di kelas 3 SMP, dia melihat sang ayah menderita sakit jantung, ayahnya Marga Singgih, memberikannya satu titik balik. Ia pun mulai menjadi pembawa acara guna mencari uang jajan sendiri. Yasa tak mau membebani kedua orang tuanya. Usaha pertamanya adalah melamar sebagai Master of Ceremony, bekerja sebagai pembawa acara di sebuah pusat perbelanjaan. Dalam seminggu ia menerima uang Rp.350.000 setiap kali tampil sehari.

Sehari setidaknya ada 3 kali tampil untuk kesempatan berbeda bermodal nekat. Jujur saja Yasa tak pandai bercuap- cuap menjadi pembawa acara. Apalagi saat itu dirinya masih berbaju putih- biru. Tak cuma acara biasa tapi juga acara dewasa dibawakannya. Bukan usaha baik untuk anak di usia 15 tahun kala itu. Tak jarang Yasa harus membawakan acara sebuah merek rokok yang diperuntukan kalangan 18 tahun keatas. Tetapi itu semua ada hikmahnya selain melatih mental.

Itu juga mendorongnya memilih memulai bisnis sendiri. "Karena terpaksa, ya, jadi bisa dan malah terbiasa," pungkasnya. Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta, barulah dimulai usahanya sendiri untuk mencari uang. Selepas kontrak sebagai pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias warna- warni selama enam bulan. Sebuah buku berjudul "the Power of Kepepet" karya Jaya Setiabudi, membuatnya terbakar berbisnis mandiri. Kala itu Yasa langsung menghubungi temanya yang memiliki usahan konveksi (milik ayahnya).

"Halo Von, mau bikin baju sama bokap loe... Belom ada Von, besok gw DP dulu 500 ribu, kalo dalem 3 minggu belom ada design, Dp nya buat loe." begitu kiranya reka adegan diperagakannya.

Singkat cerita ia menemui tiga orang yang ahli aplikasi desain. Dia yang tidak bisa mendesain, mulai berguru selama  7 hari. Hasilnya, ia masih tidak bisa sama sekali hingga hari terakhir desainnya harus dikirim. ia benar terdesak atau kepepet dan memutuskan menggunakan Microsoft Word untuk mendesain. Akhirnya ia pun mengirimkan sebuah desain yaitu gambar Ir. Soekarno. "Orang Indonesia ada ratusan juta, masa 24 orang aja gak ada yang beli," ucapnya tertawa.

Setelah dua minggu kaosnya jadi, dia segera menjual kasonya dan hanya laku terjual 2 buah saja. Dari dua kaonya, satu kaosnya dibeli oleh ibunya sendiri karena kasihan. Dan lucunya, dia merasa semuanya menarik dan perasaan kepepet itu semakin jadi. Yasa lalu berlari ke Tanah Abang, membeli selusin pakaian kaos hingga menghabiskan 4 juta. Dia harus bersusah payah membawa kaos- kaos tersebut, melewati ribuan penjual dan pembeli yang tumpah jadi satu.

Di rumah, dia benar- benar terkejut atas keputusanya membeli banyak sekali barang. Ia harus memutar otak lagi untuk menjualnya atau merugi besar- besaran. Beberapa kali menawarkan ditambah rasa percaya diri, ia mulai menjual produknya tanpa ada marketing khusus atau brand tersendiri. Lama kelamaan, Yasa berhasil menutup modalnya dan mulai mencari cara menjual produknya sendiri. Dua kali bisnis kaos yang bermodal kepepet, Yasa mulai merencanakan bisnisnya secara matang- matang. Dia membuka bisnis minuman yang diberi nama "Ini Teh Kopi", sebuah usaha kedai menjual minuman kopi duren. Usahanya tersebut bisa dibilang sukses besar ditambah dengan namanya yang dikenal. Dari bisnis kaos, ia pernah diwawancarai oleh majalah entrepreneur besar di Indonesia. Bisnis lainnya yaitu membuka toko online "Men's Republic".
Bangkit bangkrut

Naik kelas dari sebelumnya cuma berjualan produk milik orang lain. Kini, seorang Yasa Singgih adalah salah satu pengusaha online sukses bersama Men's Republic. Mengambil pasar anak muda -pria pada khususnya. Ini membawa namanya kian berkibar di berbagai media masa. Dulu ketika berjualan kaos tanah abang yang ia miliki cuma BlackBerry sebagai modal. Usahanya kala itu masih bermodal hutang tapi lama- lama bisa jadi modal. Sebelumnya cuma ambil di Tanah Abang kini punya merek sendiri. Di tahun 2012, ia menjajal berbisnis cafe, membuka sebuah tempat nongkrong kecil bernama Ini Teh Kopi. Di awalnya cukup berjalan apik hingga bisa membuka cabang. Usaha pertamanya terletak di kawasan Kebun Jeruk, selang enam bulan, Yasa membuka cabang di Mal Ambassador, Jakarta Selatan. Semangat tinggi tak dibarengi perhitungan matang. Usahanya berkembang terlalu cepat tapi hasilnya minus.

Bahkan uang dari bisnis kaos Men's Republic terbawa- bawa. Usahanya resmi ditutup, kedua cafe -nya itu ditutup dan juga habis modal tanpa sisa. Bangkrut Yasa Singgih bahkan ikut menghentikan bisnis kaosnya. Dihitung- hitung Yasa merugi sampai 100 juta ketika dirinya masih di bangku SMA. Disaat bersamaan, sekolah tengah mempersiapkan ujian nasional, begitu pula dirinya yang sudah kelas 3 SMA. Makanya urusan rugi atau membuka bisnis kaos kembali dihentikan dulu. Untuk waktu itu semua urusan bisnis dihentikan sementara waktu.

"Karena tak punya modal lagi untuk membeli barang dan ada UN, jadi saya fokus untuk urusan sekolah saja. Usaha baju saya hentikan sementara," terangnya kepada awak media.

Selepas UN, tepatnya di 2013, fokus Yasa ada pada bisnis aneka produk buat pria. Ya, Men's Republic itu masih berdiri dan belum dijajah rasa kapok, baginya kehilangan uang 100 juta tak membuatnya kapok dan berhenti berbisnis kembali. Yasa bermodal nama mulai membangun bisnis tanpa modal. Kali ini, ia bertemu dengan satu pabrik yang memberinya 250 pasang sepatu. Itu diberikan untuk dijualkan dengan tenggat waktu selama dua bulan.

Kepepet membuat Yasa berpikir serius bagaimana agar semuanya terjual. Dijualnya sepatu itu bermodal brand atau mereknya. Menggunakan survei sebagai landasa, kali ini, Yasa tak mau bangkrut kembali seperti yang dulu- dulu. Dia mendapati pembeli rata- rata Men's Republic adalah umur 15 tahun- 25 tahun. Untuk itu pula ia menyesuaikan harga produknya tak lebih dari Rp.500.000. Selain menjual sepatu ada pula produk lain seperi jaket, sandal, bahkan pakaian dan celana dalam. Kisaran harga dipatoknya ada pada angka Rp.195.000- Rp.390.000 per- itam. Fokus Yasa cukup agar itu bisa terjual melalui aneka branding lewat online. Total ada enam pabrik bekerja sama dengannya di kawasan Bandung. Uniknya pabrik tempatnya bekerja sama tak cuma membangun mereknya. Mereka juga bekerja sama dengan produk bermerek lain seperti Yongki Komaladi dan Fladeo. Ia sendiri mencontoh para pemilik merek tersebut. "Merek-merek itu tak punya pabrik sama sekali, tapi penjualannya luar biasa, kan? Saya mau terapkan hal yang sama pada usaha saya," kata dia. Kini, perlu kamu ketahui, produk Men's Republic telah menjual 500 buah pasang sepatu per- bulan. Tanpa ada pabrik Yasa mampu menghasilkan mozet ratusan juta rupiah. Soal laba bersih, tenang, dia sanggup untuk menghasilkan 40% dari sana. Tak puas pada produknya sekarang, masih ada pemikiran dibenaknya untuk menjual produk ikat pinggang, dan celana. Yang paling pasti adalah ia akan terus mematangkan konsep bisnis sambil berjalan.

Yasa juga sering dipanggil mengisi seminar atau memberikan training. Melalui Twitter, ia rajin menyemangati para pengusaha muda agar selalu semangat. Prinsipnya satu yaitu "Never too Young to Become Billionaire" atau tidak ada kata terlalu muda untuk menjadi seorang miliarder. Berikut beberapa Twitternya yang mampu memotivasi banya orang (@YasaSinggih):
Never too young to become a billionaire
1. Adrenalin berbisnis lebih kencang daripada jatuh cinta
2. Selalu merasa bodoh terhadap ilmu, ga pernah berhenti belajar
3. Walaupun sekarang kita belum kaya, tapi kita harus mulai praktekkin "habbit" nya orang2 kaya.
4. Coba deh, ambil satu keputusan untuk ngelakuin habbit nya orang kaya. Mungkin keputusan kecil, tp bisa berdampak besar
5. Rutin beli majalah/tabloid bisnis, walaupun ga suka baca.. Paksain aja! Baca kisah2 jatuh bangun pebisnis.
6. Terjun di organisasi & bisnis, memaksa saya untuk memiliki pola pikir diatas rata2 usia saya sendiri.
7. Di usia 17thn byk remaja dpt undangan sweet17an. Tp saya udah dpt undangan kawinan, gegara maen sama yg lebih gede terus.
8. Orang2 bilang saya kecepetan tua, tapi saya bilang ini percepatan menuju keberhasilan.
9. Dulu pas umur 15 tahun demi nyari duit rela-relain ngeMC di Mall, ngaku-ngaku umur 18 tahun biar keterima.
10. Menjelang malem, mau ngebakar temen2 dulu ah.. Kita cerita2 tentang awal mula bisa usaha ya.

"Men's Republic" adalah bisnis ketiganya yang berfokus pada penjualan secara online. Dia menjual produk yang dikhususkan untuk pria. Dia menjual baik produk miliknya sendiri atau produk milik orang lain. Ia juga berencana membangun "Bilionary Versity, yaitu sekolah bisnis non- formal untuk para pengusaha muda. Dia berbisnis dengan kepercayaan bahwa usia muda haruslah dimanfaatkan baik- baik.

     3. HAMZAH IZZULHAQ



     Siapa Hamzah Izzulhaq, pemuda kelahiran 26 April 1993, yang sejak lahir berjiwa entrepreneur. Hamzah, sebut namanya begitu, dia jadi salah satu pengusaha muda yang menarik perhatian media. Dia memiliki sifat easy going, membuatnya mudah dikenali. Dan melihat berbagai kisahnya, banyak pemuda di penjuru Indonesia terinspirasi. Sosoknya itu mudah dikenali, dengan gaya bicaranya lugas jelas dan mudah akrab. Hamzah telah mampu meyakinkan kita sebagai seorang pengambil resiko dan deal maker dari pengalamannya. Hamzah itu mudah menjalin koneksi. Dia mampu bekerja sama di dalam situasi apapun tegas penulis.

Ya, selain itu, ia juga pemuda yang berani mengambil kegagalan lebih awal dari kalian semua. Hamzah berhasil membuka 44 cabang bimbel dan sebuah bisnis sofabed di Tangerang, tetapi bukanlah bisnis pertamanya loh. Sejak masih sekolah banyak pula usaha telah dilakoni. Sebut saja dari  menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan, dan berbagai macam permainan yang  sangat digemari anak- anak. Tidak hanya itu, dia juga pernah berjualan koran, layanan ojek payung saat hujan dan mengamen besama teman- teman.

Pemuda yang gemar bersosialisasi tidak hanya bisa bekerjasama dengan mereka yang "mapan". Dia tak lah segan membantu mereka yang tak mampu, berteman dan bekerja sama. Di SMA, bisnisnya merambah ke bisnis online. Disela- sela kegiatan santai seperti kegiatam bermain game online. Ia pun sigap game tersebut dibisniskan.Ketika itu Hamzah dikenal jago game sempai level tinggi diantara kawan- kawannya. Dia menjual akun game miliknya sebesar Rp.1,2 juta.

Di umur 18 tahun, mulalailah bisnis serius ditekuni, kala itu bisnis berjualan pulsa dan buku sekolah. Caranya, Hamzah akan melobi pamannya yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar di jakarta untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per- buku. Ia kemudian menjual buku- buku itu ke teman dan kakak kelas setiap semester.
Tipsnya agar laku Hamzah menjelaskan ringan: berikan saja mereka diskon 10% dari 30% diskon miliknya, jadilah harganya masih untung 20%. Jika mau dikalkulasi di setiap semester, ia kala itu akan menghasilkan Rp.950.000. Angka luar biasa untuk bisnis sekelas anak sekolahan. Uang hasilnya kemudian baru dia putar untuk bisnis pulsa. Sayang, kali ini, usahanya gulung tikar, hanya sanggup bertahan 3 bulan saja. Hamzah mencatat ada masalah karena rekan usahanya sering memakai modal milik mereka sendiri -mengambil pulsa tanpa bayar. Saat itu, Hamzah sempat down, tetapi langsung bangkit dengan membaca- baca buku bisnis lagi.

    Bisnis bimbel

Modal sisa untung berjualan pulsa, ia gunakan kembali berbisis, kali ini dibelikan mesin pembuat pin. Waktu itu ia masih kelas 2 SMA. Namun, lagi- lagi usahanya gagal, Hamzah yang tak mengerti mesin akhirnya justru mematahkan alat tersebut. Sang ayah sempat marah besar mendengarnya. Tapi, Hamzah masih ingin terus menyalurkan hasrat bisnisnya.

Dimulai di tahun 2004, sebuah seminar bisnis membuka mata Hamzah lebar, bagaimana sebuah bisnis bimbel seharusnya dikerjakan dan apa prospeknya. Itulah menjadi panggilan tersendiri baginya. Ia termasuk tipe berani mencoba tanpa harus ada embel embel passion coba saja. Dia benar- benar selalu merasa pekerjaanya adalah passionya jadi bisnis -lah passionnya. Dia segera mencoba bertanya tentang bisnis bimbel langsung. Sebagai catatan menarik Hamzah bukanlah dari keluarga tidak mampu.  Ayahnya merupakan seorang dosen di Universitas Gunadarma, yang yakin sang anak bukan tipe pemalas jadi selalu mendukung langkahnya.

Sejak awal sekolah dasar, Hamzah mulai mencari- cari tambahan uang jajan. Dia mulai mencari uang saku sendiri dari mengamen hingga ojek payung. Dia bahkan pernah menjadi seorang tukang parkir. Adanya inspirasi seminar bimbel, dia benar- benar menginginkan bimbelnya sendiri, tapi tak membangunnya dari nol. Kala itu si empunya Bimbel memberikan penawaran menggiurkan kepadanya. Tak ayal, dangan pasti, dia meminjam uang 70 juta dari ayahnya tanpa ragu untuk sebuah bisnis. Berkaca dari kegagalan, dimana dia pernah membuka bisnis pembuatan pin hingga mematahkan alatnya. Ayah dan ibunya terlihat cukup ragu kala Hamzah mengutarakan niatnya. Tetapi, bukan Hamzah namanya kalau tidak ngotot meyakinkan ayah dan ibunya bahwa bimbel merupakan jalan kesuksesannya. Dia langsung menghubungi pembicara seminar untuk lebih lanjutan ketika ijin itu datang. Caranya? Sia mempelajari serius marketing, keuangan, hingga prospek. Dia benar- benar ingin menekuni bimblenya ini.
  
     Dia mengambil alih satu sistem, semua pengajar dan juga UTANG -nya. Untung, pemilik bimbel bukanlah tipe seorang memanfaatkan keseriusannya atau sejenis penipuan. Bisnis mengambil alih punya satu tantangan tersendiri, berbeda memulai dari nol, ia harus menjaga semuanya tetap stabil di awal- awal tahun. Dia harus memastikan dengan datang sendiri ke bimbel lalu berdiskusi bersama pengejarnya. Jika dia benar- benar tidak belajar sudah dipastikan bimbel akan rutuh. Maka Hamzah tidak mau setengah- setengah apalagi modalnya uang mobil 70 juta. Dia fokus harus mengembalikan uang tersebut berbentuk mobil untuk ayah dan bunya. Jika berhasil bertahan, bimbelnya akan terlihat hasilnya lambat laun jika tidak ada media promosi; bukan perkara mudah. Dia bisa diibaratkan seperti mengambil alih perusahaan utuh. Hamzah harus membayar mahal serta belajar keras mengikuti alur. Dengan kemampuan menganalisanya, ia yakin mampu melawan rasa takut kerugian. Berhasil mengembangkan usaha bimbelnya hingga total ada 44 cabang. Barapa yang dia dapat? Ada 730 juta pertahun, sebuah nilai yang sangat tinggi untuk pemuda 19 tahun. Tidak puas berbisnis bimbel, Hamzah merambah dunai sofabed mengambil alih usaha orang lain. Cara yang hampir sama dengan bimbelnya. Mungkin juga inilah bakatnya untuk mengambil bisnis sudah jadi. Dengan pengalamannya mengelola bimbel, dia memiliki kepercayaan tinggi untuk mengelolai usaha barunya. Tak ayal, dar bisnis sofabed berkembang secara baik walau cukup tersendat di awal. Dikutip dari berbagai sumber, Hamzah Izzulhaq sang pengusahan muda, memiliki prinsip tersendiri mengenai menjadi entrepreneur atau wirausahawan. Hamzah adalah pengusaha muda, pemilik CV. Hamasa, yang memiliki cabang usaha waralaba bimbel dan bisnis sofa bed. Dia menyebut lima prinsip juga akan berlaku bagi kita semua. Apa itu, itu adalah: Pertama, memperbaiki kualitas hubungan dengan lingkungan. Lingkungan membangun karakter menjadi seorang entrepreneur. Mungkin, kita akan menemukan kata "ah, ngapain sih bisnis? nanti aja""sok tua loh hidup aja dulu". Hamzah menekankan kita jika berteman dengan orang pesimis seperti ini, maka kita akan ikut pesimis. Kedua, bagi anda yang ingin memulai bisnis, jangan memulai dari nol. Dia berkata "kalau istilah tangga, ada tangga 1 sampai 5, maka kita bisa memulai dari tangga 4 atau lima. Misalnya, kita bisa meneruskan usaha yang dirintis orang lain." Ketiga, jangan pernah jadi seorang NATO (No Action Talk Only). Jika punya kayakinan, kita harus bisa memperjuangkannya Kita membutuhkan action cepat. Hamzah mayakinkan bahwa usaha tanpa action sama saja berbohong kepada semuanya. Keempat, perbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang tua. Orang tua akan mendoakan kita yang terbaik hingga mencapai kesuksesan. Sedangkan, ketika dekat dengan Tuhan maka kita tidak akan terjebak kesombongan setelah menjadi sukses. Kelima, ingatlah kepada sesama. Kita tidak boleh lupa power of giving, bersedekah akan membantu menjadi pengusaha sukses. Janganlah kita melihat siapa yang bicara tetapi isi yang dibicarakannya. 

     Kesimpulan

      Dari ketiga pebisnis di atas kita bisa ambil kesimpulan tentang bagaimana jadi pebisnis yaitu pertama kita harus memiliki tekat yang kuat, untuk berbisnis jika kita tidak memiliki tekad yang kuat maka itu tidak ada hasilnya karna tekad yang kuat memberikan kita semangat untuk berbisnis. Kedua kita harus optimis kalo bisnis kita akan sukses di pasaran, jika kita tidak optimis maka bisnis itu tidak akan berhasil karna kita tidak akan mau bangkit kembali jika bisnis itu jatuh, tapi jika kita memiliki jiwa optimis maka kita akan bangkit untuk melanjutkan bisni yang telah jatuh tersebut. Ketiga mudah bergaul dengan siapa saja, karna dengan kita mudah bergaul kita akan sangat gampang belajar dengan orang-orang yang pernah berbisnis, dan jangan pernah malu untuk memulai percakapan dengan orang-orang yang sukses apalagi dalam bidang berbisnis. Dari ketiga pebisnis diatas kita dapat belajar bagaimana cari berbinis dari nol dan bagaimana cara pebisnis itu bangkit karna bisnis mereka yang jatuh karna rugi. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua anak-anak muda yang mungkin bingung setelah lulus dari kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan mungkin kalian bisa mencoba berbisnis seperi para pebisnis muda di atas.


    
      Source
   
      http://www.pengusaha.us/2013/12/farah-farce-sukses-farceee-online-shop.html
      http://www.pengusaha.us/2013/12/yasa-singgih-wirausaha-muda-yang-sukses.html
      http://www.pengusaha.us/2013/10/hamzah-izzulhaq-wirausahawan-bimbel.html